Senin, 18 Januari 2010

Apoteker Melayani Swamedikasi, Upaya Menuju Dikenal Masyarakat

Apoteker Melayani Swamedikasi, Upaya Menuju Dikenal Masyarakat
Istilah swamedikasi akhir-akhir ini sering terdengar di kalangan masyarakat. Swamedikasi merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri. Swamedikasi atau pengobatan sendiri bisa dilakukan untuk menangani penyakit-penyakit ringan, misalnya sakit kepala, demam, sakit gigi, diare, dengan menggunakan obat-obat yang di rumah atau membeli langsung ke toko obat atau ke apotek. Jadi, kalau merasa pusing atau demam, anda bisa langsung minum parasetamol yang ada di kotak obat anda, tentunya setelah mengetahui aturan pakainya. Atau, untuk lebih amannya, anda bisa datang atau telefon ke apotek untuk menanyakan lebih jelas.
Apoteker sendiri telah diberi kewenangan untuk melakukan swamedikasi kepada orang yang datang ke apotek. Pasien menyampaikan keluhan dan gejala yang dirasakan, kemudian Apoteker menginterpretasikan penyakitnya kemudian memilihkan obat atau merujuk ke pelayanan kesehatan lain (rumah sakit, laboratorium, dokter spesialis, dll). Obat yang diberikan Apoteker meliputi obat wajib apotek (OWA, dengan ketentuan dan batasan yang tercantum dalam daftar OWA 1 dan OWA 2, obat bebas terbatas, dan obat bebas. Apoteker hendaknya membuat catatan pasien serta obat yang diserahkan, serta memberikan informasi penting tentang dosis, cara pakai, kontraindikasi, dan efek samping yang perlu diperhatikan oleh pasien.

Swamedikasi berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang dibeli bebas di apotek atau toko obat atas kemauan sendiri tanpa nasehat dokter.

Keuntungan swamedikasi adalah tersedia obat yang dapat digunakan di rumah kita dan akan menghemat waktu yang diperlukan untuk pergi ke dokter yang jauh dari tempat tinggal. Kerugiannya bila keluhan yang dialami dinilai salah dan bila penggunaan obat kurang tepat, terlalu lama, atau dalam dosis yang terlalu besar.

Bagaimana cara menggunakan obat?
1.Tablet
Ditelan dengan segelas air, sebaiknya dengan posisi tubuh tegak dan setelah digigit menjadi 3-4 bagian kecil. Jika ditelan tanpa atau terlalu sedikit air atau dalam posisi terbaring, maka terdapat resiko akan tersangkutnya tablet di kerongkongan.
2.Kapsul
Seperti tablet, kapsul diletakkan di atas lidah dan ditelan dengan cukup banyak air dengan posisi tegak, berdiri, atau duduk. Bila sukar ditelan, maka kapsul dilunakkan dalam air untuk beberapa saat dan jangan sampai kedua tabung dibuka untuk mengeluarkan obatnya.
3.Serbuk
Serbuk ditaburkan pada segelas air, aduk agar obat melarut kemudian baru diminum. Bilaslah gelas dengan sedikit air untuk sisa obat yang melekat.
4.Obat kumur
Setiap kali berkumur, selama 2-3 menit agar obat diberi kesempatan untuk bekerja. Sesudahnya obat dikeluarkan dan jangan ditelan.
5.Salep
Dengan tangan yang bersih, keluarkan sedikit obat dan oleskan setipis mungkin pada kulit.
6.Serbuk tabur
Taburkan sedikit pada serbuk pada kulit dan digosok dengan hati-hati.
7.Tetes mata
Terlebih dahulu tangan dicuci dengan baik, kepala didongakkan dan mata diarahkan ke atas. Dengan jari telunjuk, kelopak mata bawah ditarik ke bawah sehingga terbentuk selokan kecil. Wadah dipegang antara jempol, telunjuk, jari tengah dan tangan disandarkan pada dahi tepat di atas mata. Jatuhkan beberapa tetes ke dalam selokan kecil dan dengan jari tengah menekan pada hidung di sisi ujung dalam dari mata supaya tetesan tidak segera mengalir keluar, kemudian mata ditutup selama satu menit.
Untuk anak kecil (kurang dari 10-12 tahun), supaya berbaring dengan mata tertutup rapat. Kemudian jatuhkan satu atau dua tetes pada ujung mata di sisi hidung. Bila anak membuka matanya, tetesan akan masuk dengan sendirinya ke dalam mata.

Kapan dan dengan Apa Obat Harus Diminum?
1. Sebelum atau sesudah makan?
Obat diminum sebelum makan, karena adanya makanan di dalam lambung akan menghambat pelarutan dan penyerapan obat.
Obat diminum sesudah makan atau pada saat makan, karena obat harus melarut dalam lemak agar dapat diserap dengan baik. Jika obat ini diminum pada saat perut kosong, dapat menimbulkan mual dan muntah serta akan mmengiritasi lambung.
2. Berapa kali sehari?
Lama kerja obat berbeda-beda. Ada obat yang diminum1,2,3, aataun 4 kali sehari. Obat yang harus ditelan 1x sehari umumnya ditelan pagi hari, bila tidak diberi petunjuk lain. 2x sehari artinya obat diminum tiap 12 jam, 3x sehari artinya obat diminum tiap 8 jam dan 4x sehari artinya obat diminum tiap 6 jam. Bila takaran 4x sehari sukar diwujudkaan, sebaiknya obat diminum sebelum dan sesudah tidur pada malam hari, serta 2 kali lagi dibagi rata sepanjang hari.
3. Dengan air, limun, atau susu?
Sebaiknya obat diminum dengan air putih. Susu tidak selalu layak diminum dengan obat, karena mengandung kalsium, khususnya zat-zat antibiotik seperti halnya tetrasiklin. Ini karena kalsium dapat mengikat tetrasiklin, sehingga obat dari usus/saluran pencernaan tidak dapat diserap oleh darah.

Bagaimana Cara Menyimpan Obat?
Semua obat sebaiknya disimpan di tempat yang sejuk, dalam wadah asli dan terlindung dari lembab cahaya.

Tanda-tanda Kerusakan Obat
Suatu obat telah menjadi rusak bial terjadi perubahan warna, larutan yang bening menjadi keruh atau berjamur, bentuk dan baunya berubah. Obat yang rusak tidak boleh diminum, karena akan dapat membentuk zat-zat beracun atau menjadi tidak berefek pada tubuh. Pada waktu membeli obat, sebaiknya dilihat tanggal kadaluwarsanya, juga bungkusan aslinya apakah masih dalam keadaan baik atau sudah rusak.

Antibiotik
Obat yang tergolong antibiotic. Dalam pemakaiannya harus dihabiskan untuk menghindari kambuhnya penyakit. Bila masih ketinggalan sisa akibat dari bagian obat yang tidak habis, maka sisa obat tersebut tidak boleh disimpan.
Pelayanan Obat Non Resep ( SWAMEDIKASI )
Pelayanan obat non resep merupakan pelayanan kepada pasien yang ingin melakukan pengobatan sendiri atau swamedikasi. Obat untuk swamedikasi meliputi obat-obat yang dapat digunakan tanpa resep yang meliputi obat wajib apotek (OWA), obat bebas terbatas (OBT) dan obat bebas (OB). Obat wajib apotek terdiri dari kelas terapi oral kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut serta tenggorokan, obat saluran nafas, obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, anti parasit dan obat kulit topikal.

Pelayanan obat non resep merupakan pelayanan yang penting di apotek sehubungan dengan perkembangan pelayanan farmasi komunitas yang berorientasi pada asuhan kefarmasian. Pasien mengemukakan keluhan atau gejala penyakit, apoteker hendaknya mampu menginterpretasikan penyakitnya kemudian memilihkan alternatif obat atau merujuk ke pelayanan kesehatan lain.

Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri dan untuk mengatasi masalah kesehatan perlu ditunjang dengan sarana yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional. Sarana penunjang berupa obat yang dibutuhkan untuk pengobatan sendiri dan peningkatan peran apoteker di apotek dalam pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi. Apoteker dalam melayani OWA diwajibkan memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang tercantum dalam daftar OWA 1 dan OWA 2 serta wajib pula membuat catatan pasien serta obat yang diserahkan. Apoteker hendaknya memberikan informasi penting tentang dosis, cara pakai, kontra indikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.

CONTOH KONSELING

Konseling biasanya berlangsung sangat kondisional dan melibatkan beberapa tehnik konseling sekaligus seperti kasus dibawah ini.

Pasien dating
Apoteker : " Ada yang bisa kita bantu?" (attending)
Pasien : " mau beli obat flu merk A" (Obat tersebut mengandung PPA)
Apoteker : "Untuk siapa bu?" (pertanyaan terbuka)
Pasien : " Untuk saya sendiri, berapa harganya ya?"
Apoteker : " Punya penyakit hipertensi?" (pertanyaan tertutup)
Pasien : " Ada, kadang-kadang tensi saya agak tinggi"
Apoteker : " Sampai berapa bu?" (eksplorasi)
Pasien : " Kadang sampai 170"
Apoteker : " Bu, obat tersebut mengandung PPA yang seharusnya tidak diminum oleh
penderita hipertensi" (pemberian informasi, memberikan nasehat)
Pasien : " Ah tidak, pokoknya saya cocoknya obat A tersebut, kalau tidak itu saya tidak
mau"
Apoteker : " Ha3, saya sudah menduga dan saya memahami anda, ibu saya sendiri baru 6
bulan percaya kalau tidak boleh minum obat A, karena ibu saya juga menderita hipertensi"(empati) sambil tersenyum " Mau beli berapa bu? tidak apa-apa tidak percaya, saya menghargai pilihan anda, yang penting saya sudah memberi informasi" (empati)
Pasien : " Beli 3 strip saja" (pasien agak terdiam sambil berpikir)
Apoteker : " Rp3600;- " ada lagi yang bisa dibantu?" (sambil tetap tersenyum)
Pasien : " Pak tidak jadi saja, tolong diberi yang aman buat penderita hipertensi saja"
(sambil malu-malu)
Apoteker : " ha3, pilihan ibu tepat, membeli obat harus mempertimbangkan efek samping,
sebaiknya ibu minum obat B saja karena tidak mengandung PPA" (menilai, menyimpulkan dan mengakhiri konseling)

Dari contoh konseling diatas dapat kita ambil banyak pelajaran. Dan contoh tersebut termasuk contoh konseling yang berhasil. Konseling umumnya berlansung sangat kondisional dan hasilnya sering kali juga tidak bisa kita nilai hanya dengan benar salah. Satu hal yang paling penting dalam konseling kefarmasian adalah mengamankan klien atau pasien dari ESO atau dari bahaya penggunaan sediaan farmasi lain, juga mengamankan dari bahaya penyakit yang diderita pasien atau klien. Oleh karena itu sebagian hasil konseling kefarmasian diapotek adalah rujukan kesarana kesehatan lain seperti praktek dokter atau rumah sakit.

Konseling tersebut juga kategori konseling efektif, karena berjalan sangat singkat, mungkin cuma 2 atau 3 menit saja. Konseling seperti ini dampaknya akan sangat besar bagi pasien dan lingkungannya sendiri, karena manusia adalah makhluk sosial, yang mana umumnya pasien akan mengabarkan hasil ini kepada siapa saja yang ia kenal.

Pada konseling seperti ini seringkali dibutuhkan waktu lebih dari sekedar 2 atau 3 menit, dan kadang kala juga membutuhkan 2 atau 3 kali pertemuan. Pada kasus konseling ini pesan utamanya adalah pasien tidak memahami efek samping obat dan kebutuhan pasien adalah obat yang manjur dan aman sesuai kondisi pasien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar